Pembabatan Hutan
Berita tentang bencana
alam sudah menjadi pokok pembicaraan dimasyarakat baik media cetak maupun media
televisi. Bencana alam yang sering terjadi sekang ini diantaranya yaitu banjir,
atau longsor. Semua kejadian tersebut diantaranya yaitu disebabkan oleh
pembabatan hutan yang terus menerus tanpa adanya reboisasi atau penanaman hutan
kembali. Selain bencana alam yang sering terjadi, dampak negatif dari
penebangan hutan yaitu populasi binatang-binatang yang ada di hutan semakin
langka karena tempat berlindung dan tempat untuk mencari makan bitang-binatang
itu sudah tidak ada dikarenakan tumbuhan-tumbuhan yang ada di hutan sudah tidak
ada.
Padahal pemerintah
sudah sering mengingatkan kepada masyarakat supaya tidak menebang pohon-pohon
yanga ada di hutan secara berlebihan dan pemerintah juga menghimbau kepada
masyarakat supaya menanam pohon kembali apabila sudah menebang hutan, supaya
hutan tetap terjaga kelestariannya. Tetapi sebagian masyarakat tetap tidak
menghiraukan peringatan dari pemerintahan, orang-orang yang tidak bertanggung
jawab tersebut masih saja menebang pohon secara berlebihan dan merekapun tidak
menanam kembali pohon yang yang tadi mereka tebang.
Kemudian Soni Farid
Maulana seorang penyair juga merasa prihatin terhadap hutan-hutan di Indonesia
yang sudah gundul. Soni pun menulis puisi yang berjudul “Tusuk Gigi” puisi
tersebut berisi tentang jeritan huta-hutan karena hutan-hutan tersebut sudah
mulai gundul, seperti yang diungkapkan dalam larik puisi soni yaitu “Ada suara
hutan menjerit”. Selain jeritan hutan yang pohon-pohonya sudah mulai gundul.
Soni juga melihat dari sissi lain seperti dalam judul puisinya yaitu “tusuk
gigi”. Kita semua dapat ambil contoh dari tusuk gigi saja dapat meyebabkan
menebangan hutan yang sangat besar-besaran. Tusuk gigi memang benda kecil, tapi
apabila tusuk gigi tersebut disatukan, maka tusuk gigi tersebut akan menjadi
sekumpulan kayu-kayu. Bayangkan saja apabila satu pabrik saja yang membuat
tusuk gigi, berapa pohon yang di tebang dalam satu hari kemudian di kalikan
dengan pabrik-pabrik tusuk gigi yang ada di Indonesia, maka banyak sekali pohon
yang ditebang dalam satu hari hanya untuk pembuatan tusuk gigi saja.
Soni juga menyebutkan
dalam larik puisinya yaitu “Tanah rumput/ Keong lumpur yang mati” maksud dari
larik puisi tersebut yaitu banyak tanaman dan binatang-binatang yang mati
akibat dari penebangan hutan. Kemudian dalam larik puisi tusuk gigi juga “cacing-cacing menyuburkan
pepohonan/Tapi hutan demi hutan lenyaplah sudah”, Cacing-cacing didalam tanah
memang masih ada dan cacing-cacing tersebut menyuburkan tanaman-tanaman, tetapi
cacing-cacing tersebut sudah tidak dapat menyuburkan pohon-pohon lagi dikarenakan
pohon-pohon nya pun sudah tidak ada.
Dalam larik puisi
tersebut juga di ungkapkan “Yang lumpur disapu banjir / disikat lumpur yang
disapu banjir”, dalam larik tersebut ditekankan kata disapu banjir, berarti dalam
puisi tersebut Soni menyebutkan akibat dari penebangan hutan yang secara
besar-besaran tersebut mengakibatkan banjir dan longsor yang di ibaratkan
seperti menyapu lumpur. Selain banjir tanpa disadari dampak buruk dari
penebangan hutan tersebut yaitu berdampak buruk pada pendidikan anak-anak
karena populasi binatang-binatang yang ada di hutan sudah tidak ada dan anak-anak
pun hanya bisa melihat dalam buku-bku atau gambarnya saja karena
binatang-binatang yang ada di hutan sudah punah, anak-anak tersebut tidak dapat
melihat binatang-binatangyana aslinya.
Kita sebagai generasi
penerus sebaiknya harus menjaga hutan-hutan yang ada sekarang ini, karena
apabila kita tidak menjaga dan melestarikan hutan-hutan yang masih sedikit
tersisa maka generasi penerus selajutnya tidak akan mengetahui tentang wujud
asli dari hutan dan wujud asli dari binatang-binatang yang ada di hutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar