Selasa, 15 Mei 2012

Analisis Naskah Drama


Nama: Yuyun Suryani
NMP: 102121113
Kelas: 2C
Naskah Drama: Ah, Matjam-matjam Maoenja
Karya: Moliere (Versi Indonesia oleh Asrul Sani, Adaptasi oleh Estebe)

1.      Kajilah naskah drama yang telah saudara baca dengan menggunakan pendekatan objektif, mimesis, ekspresif dan pragmatis!
A.    Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif  yaitu pendekatan yang menerapkan analisis stuktural terhadap karya sastra dengan prinsip kerja utama membongkar dan memaparkan unsur-unsur secara cermat dan sedetail mungkin, kemudian disusun kembali secara bersamaan guna mendapatkan hasil pengertian yang menyeluruh.
Analisis Stuktural
1.      Tema
naskah drama ini bertemakan tentang sosial, yaitu menceritakan tentang kehidupan sehari-hari di masyarakat yang masih membeda-bedakan seseorang dari harkat martabat dan derajatnya, serta masyarakat yang sangat terlena denga pujian-pujian yang diarahkan kepadanya.
2.      Tokoh dan penokohan
a.       Raden jaka sambada: baik, penurut, tidak pemarah
b.      Raden Rangga Kusuma: gampang marah, cerdas dan pendendam
c.       Raden panji Rumiang: penurut, pembohong
d.      Raden Kelana Abiseka: penurut, pembohong
e.       Tuan Hartawan Kartawan: baik, tidak sombong, tegas, dan bijaksana
f.       Chandra Asih: sombong, egois, centil
g.      Otih Kartika: sombong, egois, centil
h.      Mansoor: penurut pada tuannya
i.        Pemain biola: penurut
3.      Alur dan Pengaluran
a.       Alur yang ada dalam naskah ini yaitu menggunakan alur maju
b.      Tahapan-tahapan alur
1)      Tahapan eksposisi
pada awalnya Rangga kusuma berbincang dengan Jaka sambada, berbincang tentang kedatangan mereka berdua ke kediaman seorang putrid dan keponakan dari tuan Hartawan Kartawana yang bernama Chandra Asih dan Otih Kartika. Tetapi ketika Rangga Kusuma dan Jaka Sambada datang kerumahnya, kedatangan kedua bangsawan tersebut tidak ditema dengan baik oleh kedua wanita tersebut.
2)      Tahap pertikaian
Rangga kusuma merasa tersinggung dengan perbuatan Otih dan Chandra Asih karena telah memperlakukan tidak baik terhadap mereka, kemudian Rangga kusuma berniat membalas perbuatan kedua wanita tersebut dengan cara menyuruh pelaian-pelaian meraka yang bernama Panji Rumiang dan Kelana Abiseka untuk datang ke rumah Chandra Asih dan Otih Kartika, berpura-pura menjadi seorang pangeran yang kaya raya dan gila sopan santun untuk mendekati serta membohongi kedua wanita tersebut.  
3)      Tahap komplikasi
Ketika tuan Kartawan memerintahkan pelayannya yang bernama Mansoor untuk memanggil anak dan keponakannya yaitu Candra asih dan Otih Kartika. Tuan Kartawan marah kepada anak dan kemenakannya tersebut karena telah memperlakukan tamu yang berkunjung kerumahnya yaitu Raden Jaka sambada dan Rangga kusuma. Padahal kedua pria yang berkunjung tersebut adalah seorang bangsawan yang kaya raya, yang berniat baik ingin menikahi kedua wanita tersebut.
Keesokan harinya datanglah Panji Rumiang dan kelana Abiseka ke rumah Otih dan candra Asih. Berpura-pura untuk menjadi seorang pangeran yang kaya raya dan menjadi seorang yang bijak dan gila sopan-santu, untuk merayu Chandra kirana dan Otih Karika. Ketika mereka sedang berbincang-bincang maka dipanggilag pemain biola untuk menghibur mereka semua.  
4)      Tahap klimaks
ketika diketahui bahwa Panji Rumiang dan Kelana Abi Seka bukanlah seorang dari kalangan bangsawan seperti yang mereka katatakn pada Chandra asih dan Oti Kartika, tetapi mereka adalah pelayan-pelayan Raden Jaka sambada dan Raden rangga kusuma. Setelah itu Chandra Asih dan Otih Katrika marah dan merasa sangat dipermalukan oleh Raden Jaka Sambada dan Raden Rangga Kusuma.
5)      Tahap peleraian
Tuan hartawan Kartawan memarahi anaknya Chanda Asih dan Keponakannya Otih Kartika atas perbuatan yang telah mereka lakukan. Chandra Asih merasa kesal dan mengusir pelayan-pelayan itu dari rumahnya.
6)      Tahap akhir
Akhirnya dendam Raden Jaka Sambada Dan raden Rangga sambada dapat terbalaskan kemudian Chandra Asih dan Otih Kiranapun mendapat ganjaran terhadap perbuatan yang telah mereka lakukan.
4.      Latar
-          latar tempat: di rumah Raden rangga Kusuma dan di rumah Tuan Kartawan Hartawa
-          Latar Ruang: di ruang tamu Tuan kartawan Hartawan
-          Latar suasana: santai dan  menegangkan
5.      Sudut pandang
Sudut Pandang yang terdapat dalam naskah ini yaitu yaitu sudut pandang orang ke tiga, terarah karena sejak awal cerita sampai akhir pengarang terarah pada kelakuan yang dilakukan oleh Chanra Asih dan Otih kartika.
6.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan yaitu lebih mementingkan pemilihan bahasa yang digunakan oleh para tokoh seperti, pada dialog yang diucapkan oleh Chandra asih “cepat hantarkan kemari guru nasehat kecantika” yang berarti cermin, kemudian ada ungkapan “peralatan untuk berbincang” yang berarti kursi, kemudian dalam naskah ini juga pengarang menapilkan lagu-lagu yang menggunakan pemilihan kata.
B.     Pendekatan mimesis
Pendekatan mimesis adalah pendekatan menganalisis karya sastra yang betolak dari anggapan karya sastra merupakan tanda atau lambang dari kenyataan sebenarnya. Sehingga analisis mimesis ini yaitu menganalisis dengan menelusuri kenyataan realitas yang terdapat dalam naskah drama setelah dilakukannya analisis stuktural, karena dalam pembuatan karya sastra pasti tidak terlepas dari imajinasi atau realita yang ada.
Realita yang ada dalam naskah ini yaitu tindakan yang dilakukan oleh anak dan keponakan tuan Hartawan Kartawan yaitu Chandra Asih dan Otih Kartika. Mereka selalu membeda-bedakan seseorang dari harkat, martabat dan kekayaan seseorang, mereka sangat mengagung-agungkan seseorang yang memiliki kekayaan dan jabatan yang tinggi, kemudian mereka menganggap remeh dan hina pada orang-orang yang tidak memiliki kekayaan dan harta benda.
Dalam realita sekarangpun masih banyak orang-aorang yang mengagung-agungkan orang-orang yang memiliki harta benda dan jabatan yang tinggi, mereka lebih senang menilai seseorang dari luarnya saja tetapi mereka tidak memperdulikan pada hati seseorang. Terkadang mereka semua tertipu dan dibohongi oleh orang lain karena penampilan serta ucapan yang orang lain utarakan.
Kemudian realita yang ada dalam naskah drama ini yaitu tindakan yang dilakukan oleh Chandra Asih dan Otih Kartika, tidak menyukai orang-orang yang langsung mengutarakan perasaannya tanpa basa-basi terlebih dahulu dan langsung mengutarakan niat baiknya untuk menikahi mereka berdua tapa adanya tahap pendekatan atau pacaran terlebih dahulu.
Pada kenyataannya sekarangpun begitu banyaknnya remaja atau wanita yang lebih senang melakukan pendekatan atau pacaran terlebih dahulu dengan orang yang dicintainya, kebanyakan remaja zaman sekarang lebih senang mendapatkan gombala-gombalan atau rayuan-rayuan dari orang yang dicintainya, mereka kurang menyukai lelaki yang langsung mengutarakan niat baiknya untuk melakukan pernikahan tanpa adanya tahap pacaran terlebih dahulu, mereka beranggapan perbuatan tersebut terkesan sangat terburu-buru.
Selain itu kenyataan yang ada dalam naskah ini yaitu perbuatan Chandra Asih dan Otih Kartika yang mengganti namanya menjadi Rossana dan Anetta, karena menuru mereka nama tersebut lebih indah kedengarannya. Perbuatan tersebut pada zaman sekarangpun banyak dilakukan oleh para remaja-reamaja, perbuatan tersebut dilakukan supaya nama mereka menjadi lebih modern dan menambah tingkat kepercayaan diri mereka untuk bergaul dengan teman-teman lainnya.
C.     Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ekspresif ini yaitu pendekatan yang menganalisis dari segi pengarang, karena ada yang beranggapan bahwa karya sastra adalah pemikiran, pandanga dan perasaan pengarang. Pengarang adalah orang yang paling penting dalam proses penciptaan drama, kemudian pengarang adalah sebagai penentu watak, rumusan maslah dan menggunakan bahasnyanya sendiri. Oleh karena itu perlu suatu karya sasra atau drama diselidiki dari sudut pengarangnya dan juga untuk mengetahui motifasi pengarang menggunakan alur tersebut.
Alur yang dibuat oleh pengarang, tidak memilih alur yang sangat rumit, tetapi pengarang memilih alur yang biasa saja. Pengarang memilih alur tersebut supaya terkesan lebih natural seperti dalam kehidupan nyata, sehingga pembaca lebih mudah berimajinasi dengan alur cerita tersebut dan juga supaya jiwa pembaca dapat masuk ke dalam cerita itu.
Pada naskah drama ini pengarang ingin menyampaikan pesan pada pembaca bahwa perbuatan memebeda-bedakan seseorang dari segi harta dan jabatan memang sudah dimulai dari zaman dahulu, perbuatan tersebut masih berlangsung sampai zaman sekarang. Pengarang juga ingin menyampaikan pada pembaca untuk menyadarkan orang-orang seperti yang diperankan oleh Chandra Asih dan Otih Kirana tidak dapat mengguanakan hanya dengan kata-kata saja, karena apabila hanya menggunakan kata-kata saja tidak akan mampu mengubah prilaku mereka, tetapi salah satunya harus dilakukan dengan cara Raden Jaka sembada yaitu menjebak mereka berdua sepaya mereka sadar terhadap prilaku yang mereka perbuat.
Selain itu pengarang juga ingin mengingatkan pada pembaca, bahwa remaja-remaja sekarang lebih menyenangi orang-orang atau laki-laki yang meluluhkan hati perempuan hanya dengan menggunakan kata-kata yang dapat menyenangkan hati atau kat-kata rayuan. Kebanyakan remaja zaman sekarang terlalu terlena oleh pujian-pujian yang diarahkan pada mereka, padahal kata-kata tersebut hanya untuk membohongi mereka saja.
D.    Pendekatan Pragmatis
Pendekatan ini berpandang bahwa unsur penentu dalam pemberian makna sebuah karya sastra adalah pembaca. Hal ini disadari karena adanya perbedaan pendapat dan penafsiran para pembaca terhadap karya sastra yang sama. Perbedaan pendapat atau penafsiran tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu: (1) hakikat pada pembaca: jenis kelamin, pekerjaan, usia, kercayaan dan agama; (2) kepekaan imajinasi, intelektualitas dan pandangan hidup; (3)minat dan kesanggupanpembaca; dan (4) kondisi pembaca pada saat proses membca. Yang perlu dilakukan dalam penyelidikan ini yaitu diselidiki sejauh mana pembaca mendapatkan manfaat, pengetahuan dan kenikmatan.
menurut pembaca cerita yang ada dalam naskah drama ini sangat menarik dan alur ceritanya dapat diterima secara logis dan mudah dipahani oleh pembaca. Setelah membaca naskah ini pembaca mendapatkan manfaat dari karakter tokoh-tokoh yang ada dalam naskah ini yaitu seperti pada karakter Chadra Asih  dan Otih Kartika yang memiliki karakter sombong, dan selalu membeda bedakan seseorang dari harta dan jabatan yang dimiliki seseorang, selain itu Chandra dan Otih ini juga memiliki karakter yang senang di puji tentang diri mereka. Kemudian dari tokoh Raden Raden jaka kusuma, pembaca mendapatkan pelajaran dari karakter yang digambarkan pada sosok Raden Jaka sambada yang pendendam, pemarah dan cerdas, karena ia membalas rasa sakit hatinya tidak dengan menggunakan kata-kata tetapi memerintahkan pelayannya supaya berpura-pura penjadi seorang bangsawan yang kaya raya dan gila sopan santun.
Dari naskah Drama ini pembaca mengetahui bahwa perbuatan membeda-bedakan seseorang dari harkat, martabat dan jabatan terjadi sejak zaman dahulu dan sampai sekarang orang-orang masih membeda-bedakan seseorang dari harta kekayaan dan jabatan yang dimiliki.
Pembaca juga sangat menikmati setiap alur yang ditampilkan dalam naskah drama ini karena alur tersebut sangat menarik sehingga dapat membawa imajinasi pembaca pada cerita atau alur yang disajikan oleh pengarang. Menurut pembaca kejadian yang menarik yang terdapat dalam naskah drama tersebut yaitu ketika diketahuinya penyamaran Panji Rumiang dan Kelana Abi Seka bahwa mereka itu bukanlah seorang dari kalangan bangsawan tetapi mereka adalah seorang pelayan dari Raden Jaka Sambada dan Raden Rangga Kusuma.
2.      Galilah nilai-nilai didaktik, social dan budaya pada naskah yang saudara telah baca!
Nilai didaktik atau nilai pendidikan yang ada dalam naskha drama ini yaitu siswa mendapatkan  pelajaran bahwa tidak boleh membeda-bedakan seseorang dari pangkat atau derajat yang dimiliki oleh orang tersebut, karena kita sebagai manusia di mata Tuhan adalah sama yang membedakan setiap manusia hanyalah amal perpuatannya. Setelah membaca naskah ini, siswa juga dapat mengambil pelajaran bahwa janganlah ia memiliki sifat sombong seperti yang digambarkan pada tokoh Chandra asih dan Otih Kirana. Jadilah orang yang bijaksana seperti yang digambarkan pada tokoh Tuan hartawan Kartawan.
Nilai sosial yang ada dalam naskah drama ini yaitu, di zaman sekarang kebanyakan orang memang memandang seseorang dari harta kekayaann yang mereka miliki. Orang-orang seperti itulah yang dianggap sebagai orang yang terhormat, sedangkan orang-orang yang tidak memiliki itu semua dianggap sebagai orang yang diremehkan dan dipandang dengan sebelah mata. Seharusnya apabila kita berada diatas kita harus saling tolong menolong dan berbagi dengan orang-orang yang tidak memiliki keberuntungan seperti kita.
Nilai budaya yang ada dalam naskah ini yaitu dipelajarinya berbicara sopan santun dengan sesama manusia tanpa melihat derajat atau hata yang dimilikinya. Perlu menghargai pemberian yang orang tua kita berikan, misalnya saja pemeberian nama yang diberika kepada kita, kita harus memiliki rasa bangga dengan nama yang  diberikan kepada kita tanpa harus mengubah nama tersebut sekehendak atau sekeinginan kita. Nilai budaya yang ada dalam naskah ini yaitu: memberitahukan kepada sisiwa bahwa pada zaman dulu Negara Indonesia ini bukanlah Negara yang dipimpin oleh presiden tetapi oleh raja, sehingga nama-nama orang yang termansyur pada zaman dulu menggunakan nama Raden.
3.      Analisislah naskah drama yang saudara baca berdasarkan kriteria bahan ajar, tentukan pada jenjang pendidikan manakah naskah drama tersebut cocok diajarkan!
Naskah drama ini dapat digunakan sebagai bahan ajar di sekolah, karena naskah drama ini memiliki banyak manfaat, diantaranya yaitu berisikan nilai didaktik, nilai social dan nilai budaya, untuk membentuk kepribadian dan kedewasaan para siswa. Seperti jangan memiliki sifat sombong, harus saling menghargai dengan sesama manusia tanpa membeda-bedakan dari hal apapun dan juga jangan terlalu terlena dengan pujian-pujian yang diarahkan kepada kita.
Naskah drama ini bertemakan sosial dan juga tentang percintaan, yaitu kisah Raden Rangga Kusuma dan Raden Jaka Sambada yang berniat akan menikahi Chandra Asih dan Otih Kartika, tetapi niat kedua laki-laki itu tidak tersampaikan karena langung ditolak oleh kedua wanita tersebut karena kedua pangeran itu  dianggapnya adalah lelaki dari keluarga biasa saja yang tidak memiliki harkat dan jabatan. Sehingga naskah drama ini cocok diberikan pada jenjang SMA (Sekolah Menengah Atas) dan sederjat, karena siswa SMA sudah meranjak ke masa-masa remaja yang sudah mengenal tentang percintaan pada lawan jenis, kemudian siswa SMA juga pada masa-masa remaja emosi kejiwaannya masih labil, sehingga naskah ini dapat mengajarkan pada siswa perlunya mengontrol emosi yang ada pada dirinya dan juga harus bisa mengendalikan keegoismean yang ada dalam diri mereka supaya bisa saling menghargai sesama manusia tanpa melihat harkat, bartabat dan kekayaan yang dimiliki oleh orang itu.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar