Nama: Yuyun Suryani
NMP: 102121113
Kelas: 2C
Naskah Drama:
Ah, Matjam-matjam Maoenja
Karya: Moliere
(Versi Indonesia oleh Asrul Sani, Adaptasi oleh Estebe)
1. Kajilah
naskah drama yang telah saudara baca dengan menggunakan pendekatan objektif,
mimesis, ekspresif dan pragmatis!
A. Pendekatan
Objektif
Pendekatan objektif
yaitu pendekatan yang menerapkan analisis stuktural terhadap karya
sastra dengan prinsip kerja utama membongkar dan memaparkan unsur-unsur secara
cermat dan sedetail mungkin, kemudian disusun kembali secara bersamaan guna
mendapatkan hasil pengertian yang menyeluruh.
Analisis
Stuktural
1. Tema
naskah drama ini
bertemakan tentang sosial, yaitu menceritakan tentang kehidupan sehari-hari di
masyarakat yang masih membeda-bedakan seseorang dari harkat martabat dan
derajatnya, serta masyarakat yang sangat terlena denga pujian-pujian yang
diarahkan kepadanya.
2. Tokoh
dan penokohan
a. Raden
jaka sambada: baik, penurut, tidak pemarah
b. Raden
Rangga Kusuma: gampang marah, cerdas dan pendendam
c. Raden
panji Rumiang: penurut, pembohong
d. Raden
Kelana Abiseka: penurut, pembohong
e. Tuan
Hartawan Kartawan: baik, tidak sombong, tegas, dan bijaksana
f. Chandra
Asih: sombong, egois, centil
g. Otih
Kartika: sombong, egois, centil
h. Mansoor:
penurut pada tuannya
i.
Pemain biola: penurut
3. Alur
dan Pengaluran
a. Alur
yang ada dalam naskah ini yaitu menggunakan alur maju
b. Tahapan-tahapan
alur
1) Tahapan
eksposisi
pada awalnya
Rangga kusuma berbincang dengan Jaka sambada, berbincang tentang kedatangan
mereka berdua ke kediaman seorang putrid dan keponakan dari tuan Hartawan
Kartawana yang bernama Chandra Asih dan Otih Kartika. Tetapi ketika Rangga
Kusuma dan Jaka Sambada datang kerumahnya, kedatangan kedua bangsawan tersebut
tidak ditema dengan baik oleh kedua wanita tersebut.
2) Tahap
pertikaian
Rangga
kusuma merasa tersinggung dengan perbuatan Otih dan Chandra Asih karena telah
memperlakukan tidak baik terhadap mereka, kemudian Rangga kusuma berniat
membalas perbuatan kedua wanita tersebut dengan cara menyuruh pelaian-pelaian
meraka yang bernama Panji Rumiang dan Kelana Abiseka untuk datang ke rumah
Chandra Asih dan Otih Kartika, berpura-pura menjadi seorang pangeran yang kaya
raya dan gila sopan santun untuk mendekati serta membohongi kedua wanita
tersebut.
3) Tahap
komplikasi
Ketika
tuan Kartawan memerintahkan pelayannya yang bernama Mansoor untuk memanggil
anak dan keponakannya yaitu Candra asih dan Otih Kartika. Tuan Kartawan marah
kepada anak dan kemenakannya tersebut karena telah memperlakukan tamu yang
berkunjung kerumahnya yaitu Raden Jaka sambada dan Rangga kusuma. Padahal kedua
pria yang berkunjung tersebut adalah seorang bangsawan yang kaya raya, yang
berniat baik ingin menikahi kedua wanita tersebut.
Keesokan
harinya datanglah Panji Rumiang dan kelana Abiseka ke rumah Otih dan candra
Asih. Berpura-pura untuk menjadi seorang pangeran yang kaya raya dan menjadi
seorang yang bijak dan gila sopan-santu, untuk merayu Chandra kirana dan Otih Karika.
Ketika mereka sedang berbincang-bincang maka dipanggilag pemain biola untuk
menghibur mereka semua.
4) Tahap
klimaks
ketika
diketahui bahwa Panji Rumiang dan Kelana Abi Seka bukanlah seorang dari
kalangan bangsawan seperti yang mereka katatakn pada Chandra asih dan Oti
Kartika, tetapi mereka adalah pelayan-pelayan Raden Jaka sambada dan Raden
rangga kusuma. Setelah itu Chandra Asih dan Otih Katrika marah dan merasa sangat
dipermalukan oleh Raden Jaka Sambada dan Raden Rangga Kusuma.
5) Tahap
peleraian
Tuan
hartawan Kartawan memarahi anaknya Chanda Asih dan Keponakannya Otih Kartika
atas perbuatan yang telah mereka lakukan. Chandra Asih merasa kesal dan
mengusir pelayan-pelayan itu dari rumahnya.
6) Tahap
akhir
Akhirnya
dendam Raden Jaka Sambada Dan raden Rangga sambada dapat terbalaskan kemudian
Chandra Asih dan Otih Kiranapun mendapat ganjaran terhadap perbuatan yang telah
mereka lakukan.
4. Latar
-
latar tempat: di rumah Raden rangga
Kusuma dan di rumah Tuan Kartawan Hartawa
-
Latar Ruang: di ruang tamu Tuan kartawan
Hartawan
-
Latar suasana: santai dan menegangkan
5. Sudut
pandang
Sudut
Pandang yang terdapat dalam naskah ini yaitu yaitu sudut pandang orang ke tiga,
terarah karena sejak awal cerita sampai akhir pengarang terarah pada kelakuan
yang dilakukan oleh Chanra Asih dan Otih kartika.
6. Gaya
Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan yaitu lebih mementingkan
pemilihan bahasa yang digunakan oleh para tokoh seperti, pada dialog yang
diucapkan oleh Chandra asih “cepat hantarkan kemari guru nasehat kecantika”
yang berarti cermin, kemudian ada ungkapan “peralatan untuk berbincang” yang
berarti kursi, kemudian dalam naskah ini juga pengarang menapilkan lagu-lagu
yang menggunakan pemilihan kata.
B. Pendekatan
mimesis
Pendekatan mimesis adalah pendekatan menganalisis
karya sastra yang betolak dari anggapan karya sastra merupakan tanda atau lambang
dari kenyataan sebenarnya. Sehingga analisis mimesis ini yaitu menganalisis
dengan menelusuri kenyataan realitas yang terdapat dalam naskah drama setelah
dilakukannya analisis stuktural, karena dalam pembuatan karya sastra pasti
tidak terlepas dari imajinasi atau realita yang ada.
Realita yang ada dalam naskah ini yaitu tindakan
yang dilakukan oleh anak dan keponakan tuan Hartawan Kartawan yaitu Chandra
Asih dan Otih Kartika. Mereka selalu membeda-bedakan seseorang dari harkat,
martabat dan kekayaan seseorang, mereka sangat mengagung-agungkan seseorang
yang memiliki kekayaan dan jabatan yang tinggi, kemudian mereka menganggap
remeh dan hina pada orang-orang yang tidak memiliki kekayaan dan harta benda.
Dalam realita sekarangpun masih banyak orang-aorang
yang mengagung-agungkan orang-orang yang memiliki harta benda dan jabatan yang
tinggi, mereka lebih senang menilai seseorang dari luarnya saja tetapi mereka
tidak memperdulikan pada hati seseorang. Terkadang mereka semua tertipu dan
dibohongi oleh orang lain karena penampilan serta ucapan yang orang lain
utarakan.
Kemudian realita yang ada dalam naskah drama ini
yaitu tindakan yang dilakukan oleh Chandra Asih dan Otih Kartika, tidak menyukai
orang-orang yang langsung mengutarakan perasaannya tanpa basa-basi terlebih
dahulu dan langsung mengutarakan niat baiknya untuk menikahi mereka berdua tapa
adanya tahap pendekatan atau pacaran terlebih dahulu.
Pada kenyataannya sekarangpun begitu banyaknnya
remaja atau wanita yang lebih senang melakukan pendekatan atau pacaran terlebih
dahulu dengan orang yang dicintainya, kebanyakan remaja zaman sekarang lebih
senang mendapatkan gombala-gombalan atau rayuan-rayuan dari orang yang
dicintainya, mereka kurang menyukai lelaki yang langsung mengutarakan niat
baiknya untuk melakukan pernikahan tanpa adanya tahap pacaran terlebih dahulu,
mereka beranggapan perbuatan tersebut terkesan sangat terburu-buru.
Selain itu kenyataan yang ada dalam naskah ini yaitu
perbuatan Chandra Asih dan Otih Kartika yang mengganti namanya menjadi Rossana
dan Anetta, karena menuru mereka nama tersebut lebih indah kedengarannya.
Perbuatan tersebut pada zaman sekarangpun banyak dilakukan oleh para
remaja-reamaja, perbuatan tersebut dilakukan supaya nama mereka menjadi lebih
modern dan menambah tingkat kepercayaan diri mereka untuk bergaul dengan
teman-teman lainnya.
C. Pendekatan
Ekspresif
Pendekatan
ekspresif ini yaitu pendekatan yang menganalisis dari segi pengarang, karena
ada yang beranggapan bahwa karya sastra adalah pemikiran, pandanga dan perasaan
pengarang. Pengarang adalah orang yang paling penting dalam proses penciptaan
drama, kemudian pengarang adalah sebagai penentu watak, rumusan maslah dan
menggunakan bahasnyanya sendiri. Oleh karena itu perlu suatu karya sasra atau
drama diselidiki dari sudut pengarangnya dan juga untuk mengetahui motifasi
pengarang menggunakan alur tersebut.
Alur
yang dibuat oleh pengarang, tidak memilih alur yang sangat rumit, tetapi
pengarang memilih alur yang biasa saja. Pengarang memilih alur tersebut supaya
terkesan lebih natural seperti dalam kehidupan nyata, sehingga pembaca lebih
mudah berimajinasi dengan alur cerita tersebut dan juga supaya jiwa pembaca
dapat masuk ke dalam cerita itu.
Pada
naskah drama ini pengarang ingin menyampaikan pesan pada pembaca bahwa perbuatan
memebeda-bedakan seseorang dari segi harta dan jabatan memang sudah dimulai
dari zaman dahulu, perbuatan tersebut masih berlangsung sampai zaman sekarang.
Pengarang juga ingin menyampaikan pada pembaca untuk menyadarkan orang-orang
seperti yang diperankan oleh Chandra Asih dan Otih Kirana tidak dapat
mengguanakan hanya dengan kata-kata saja, karena apabila hanya menggunakan
kata-kata saja tidak akan mampu mengubah prilaku mereka, tetapi salah satunya
harus dilakukan dengan cara Raden Jaka sembada yaitu menjebak mereka berdua
sepaya mereka sadar terhadap prilaku yang mereka perbuat.
Selain
itu pengarang juga ingin mengingatkan pada pembaca, bahwa remaja-remaja
sekarang lebih menyenangi orang-orang atau laki-laki yang meluluhkan hati
perempuan hanya dengan menggunakan kata-kata yang dapat menyenangkan hati atau
kat-kata rayuan. Kebanyakan remaja zaman sekarang terlalu terlena oleh
pujian-pujian yang diarahkan pada mereka, padahal kata-kata tersebut hanya untuk
membohongi mereka saja.
D.
Pendekatan Pragmatis
Pendekatan
ini berpandang bahwa unsur penentu dalam pemberian makna sebuah karya sastra
adalah pembaca. Hal ini disadari karena adanya perbedaan pendapat dan
penafsiran para pembaca terhadap karya sastra yang sama. Perbedaan pendapat
atau penafsiran tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu:
(1) hakikat pada pembaca: jenis kelamin, pekerjaan, usia, kercayaan dan agama;
(2) kepekaan imajinasi, intelektualitas dan pandangan hidup; (3)minat dan
kesanggupanpembaca; dan (4) kondisi pembaca pada saat proses membca. Yang perlu
dilakukan dalam penyelidikan ini yaitu diselidiki sejauh mana pembaca
mendapatkan manfaat, pengetahuan dan kenikmatan.
menurut pembaca cerita yang ada dalam naskah drama
ini sangat menarik dan alur ceritanya dapat diterima secara logis dan mudah
dipahani oleh pembaca. Setelah membaca naskah ini pembaca mendapatkan manfaat
dari karakter tokoh-tokoh yang ada dalam naskah ini yaitu seperti pada karakter
Chadra Asih dan Otih Kartika yang
memiliki karakter sombong, dan selalu membeda bedakan seseorang dari harta dan jabatan
yang dimiliki seseorang, selain itu Chandra dan Otih ini juga memiliki karakter
yang senang di puji tentang diri mereka. Kemudian dari tokoh Raden Raden jaka
kusuma, pembaca mendapatkan pelajaran dari karakter yang digambarkan pada sosok
Raden Jaka sambada yang pendendam, pemarah dan cerdas, karena ia membalas rasa
sakit hatinya tidak dengan menggunakan kata-kata tetapi memerintahkan
pelayannya supaya berpura-pura penjadi seorang bangsawan yang kaya raya dan
gila sopan santun.
Dari naskah Drama ini pembaca mengetahui bahwa
perbuatan membeda-bedakan seseorang dari harkat, martabat dan jabatan terjadi
sejak zaman dahulu dan sampai sekarang orang-orang masih membeda-bedakan
seseorang dari harta kekayaan dan jabatan yang dimiliki.
Pembaca juga sangat menikmati setiap alur yang
ditampilkan dalam naskah drama ini karena alur tersebut sangat menarik sehingga
dapat membawa imajinasi pembaca pada cerita atau alur yang disajikan oleh
pengarang. Menurut pembaca kejadian yang menarik yang terdapat dalam naskah
drama tersebut yaitu ketika diketahuinya penyamaran Panji Rumiang dan Kelana
Abi Seka bahwa mereka itu bukanlah seorang dari kalangan bangsawan tetapi
mereka adalah seorang pelayan dari Raden Jaka Sambada dan Raden Rangga Kusuma.
2. Galilah
nilai-nilai didaktik, social dan budaya pada naskah yang saudara telah baca!
Nilai didaktik atau nilai pendidikan yang
ada dalam naskha drama ini yaitu siswa mendapatkan pelajaran bahwa tidak boleh membeda-bedakan
seseorang dari pangkat atau derajat yang dimiliki oleh orang tersebut, karena
kita sebagai manusia di mata Tuhan adalah sama yang membedakan setiap manusia
hanyalah amal perpuatannya. Setelah membaca naskah ini, siswa juga dapat
mengambil pelajaran bahwa janganlah ia memiliki sifat sombong seperti yang
digambarkan pada tokoh Chandra asih dan Otih Kirana. Jadilah orang yang
bijaksana seperti yang digambarkan pada tokoh Tuan hartawan Kartawan.
Nilai sosial yang ada dalam naskah drama
ini yaitu, di zaman sekarang kebanyakan orang memang memandang seseorang dari
harta kekayaann yang mereka miliki. Orang-orang seperti itulah yang dianggap
sebagai orang yang terhormat, sedangkan orang-orang yang tidak memiliki itu
semua dianggap sebagai orang yang diremehkan dan dipandang dengan sebelah mata.
Seharusnya apabila kita berada diatas kita harus saling tolong menolong dan
berbagi dengan orang-orang yang tidak memiliki keberuntungan seperti kita.
Nilai budaya yang ada dalam naskah ini
yaitu dipelajarinya berbicara sopan santun dengan sesama manusia tanpa melihat
derajat atau hata yang dimilikinya. Perlu menghargai pemberian yang orang tua
kita berikan, misalnya saja pemeberian nama yang diberika kepada kita, kita
harus memiliki rasa bangga dengan nama yang
diberikan kepada kita tanpa harus mengubah nama tersebut sekehendak atau
sekeinginan kita. Nilai budaya yang ada dalam naskah ini yaitu: memberitahukan
kepada sisiwa bahwa pada zaman dulu Negara Indonesia ini bukanlah Negara yang
dipimpin oleh presiden tetapi oleh raja, sehingga nama-nama orang yang
termansyur pada zaman dulu menggunakan nama Raden.
3. Analisislah
naskah drama yang saudara baca berdasarkan kriteria bahan ajar, tentukan pada jenjang
pendidikan manakah naskah drama tersebut cocok diajarkan!
Naskah drama ini dapat digunakan sebagai
bahan ajar di sekolah, karena naskah drama ini memiliki banyak manfaat,
diantaranya yaitu berisikan nilai didaktik, nilai social dan nilai budaya, untuk
membentuk kepribadian dan kedewasaan para siswa. Seperti jangan memiliki sifat
sombong, harus saling menghargai dengan sesama manusia tanpa membeda-bedakan
dari hal apapun dan juga jangan terlalu terlena dengan pujian-pujian yang
diarahkan kepada kita.
Naskah drama ini bertemakan sosial dan
juga tentang percintaan, yaitu kisah Raden Rangga Kusuma dan Raden Jaka Sambada
yang berniat akan menikahi Chandra Asih dan Otih Kartika, tetapi niat kedua laki-laki
itu tidak tersampaikan karena langung ditolak oleh kedua wanita tersebut karena
kedua pangeran itu dianggapnya adalah
lelaki dari keluarga biasa saja yang tidak memiliki harkat dan jabatan.
Sehingga naskah drama ini cocok diberikan pada jenjang SMA (Sekolah Menengah
Atas) dan sederjat, karena siswa SMA sudah meranjak ke masa-masa remaja yang
sudah mengenal tentang percintaan pada lawan jenis, kemudian siswa SMA juga
pada masa-masa remaja emosi kejiwaannya masih labil, sehingga naskah ini dapat
mengajarkan pada siswa perlunya mengontrol emosi yang ada pada dirinya dan juga
harus bisa mengendalikan keegoismean yang ada dalam diri mereka supaya bisa
saling menghargai sesama manusia tanpa melihat harkat, bartabat dan kekayaan
yang dimiliki oleh orang itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar