A.
Pendahuluan
1.
Hakikat Apresiasi
a. Pengertian
Apresiasi
Apresiasi Sastra adalah
suatu kegiatan mengakrabi karya sastra untuk mendapatkan penglaman, penghayatan
dan penikmatan terhadap karya sastra tersebut hingga diperoleh kekayaan wawasan
dan pengetahuan, kepekaan pikiran dan rasa terhadap berbagai segi kehidupan.
Dari kegiatan tersebut akhirnya pula timbuk kecintaan dan penghargaan terhadap
cipta sastra.
b. Manfaat
Apresiasi
Manfaat dari Apresiasi
karya satra yaitu memperkaya pengetahuan
dan pengalaman tentang apresiasi karya satra tersebut supaya kita bisa
mengapresiasikan kembali kepada anak didik. Kita dapat mengambil hikmah atau
pelajaran dari cerita tersebut untuk bekal dalam kehidupan kita sehari-hari.
2.
Hakikat Cerpen
a. Pengertian
Cerpen
Cerpen adalah cerita
pendek. Akan tetapi, berapa ukuran panjang pendek itu memang tidak ada
aturannya, tidak ada satu kesepakatan diantara pengarang dan para ahli. Edgar
Allan Poe (Nurgiyantoro, 2000:10) sastrawan kenamaan dai Amerika mengatakan
bahwa “Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk,
kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam”.
Menurut Sactagraha
Hoerip (Nurgiyantoro, 2000:11) Cerpen adalah karakter yang dijabarkan lewat
rentetan kejadian daripada kejadian-kejadian itu sendiri satu persatu. Ada yang
terjadi didalamnya lazim merupakan satu pengalaman atau penjelajahan dan reaksi
mental itulah yang pada hakikatnya disebut cerpen.
b. Ciri-ciri
Cerpen
Nurgiyantoro
(2000:12-13) berpendeapat bahwa cerpen mempunyi cirri sebagai berikut:
a) Plot
cerpen pada umumnya tunggal, hanya terdiri dari satu urutan peristiwa yang diikuti
sampai cerita terakhir, maka konflik yang dibangun dan klimaks akan diperoleh
pun bersifat tunggal pula.
b) Cerpen
berisi hanya satu tema
c) Jumlah
tokoh dalam cerpen terbatas
d) Latar
yang dibangun dalam cerpen hanya memerlukan pelukiskan secara garis besar saja,
asal telah mampu memberikan suasana tertentu yang dimaksud.
Selanjutnya Sumardjo
(2001:184) mengemukakan pula bahwa cirri khas cerpen adalah “(a) Cerpen hanya
memiliki satu arti, satu krisis dan satu efek untuk pembacanya; (b) Pengarang
cerpen hanya ingin mengemumukakan sesuatu hal secara tajam; dan (c) Cerpen
menuntut penggunaan bahasa yang ekonomis”.
Berdasarkan beberapa
pendapat diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa secara umum cirri khas cerpen
yaitu singkat, padu, tunggal, menarik, mengandung bahasa yang tajam, memiliki
satu tema, dan satu arti, serta menggunakan bahasa yang ekonomis.
B.
Isi Apresiasi Cerita Pendek “Mbah Danu”
Karya Nugroho Notosusanto
1.
Tema
Tema
yang ada dalam cerita Mbah Danu ini diambil dari kehidupan sosial, karena diangakat dari kehidupan sebagian
masyarakat yang masih melakukan pengobatan dengan cara berobat kepada dukun.
2.
Alur
a. Satuan
Peristiwa
a) Terkenalah
seorang dukun yang suka mengobati orang yang sakit, ia bernama Mbah Danu.
b) Suatu
hari seorang pelayan pensiunan jaksa yang bernama Nah sebulan lamanya ia demam.
Ia mengeluarkan bunyi-bunyi binatang, mengeong, menggaum, berkoak-koak, dan
terkadang meringkik seperti kuda.
c) Mbah
Danu yang dimintai pertolongan untuk mengobati Nah, kabarnya sedang turne,
tetapi Mbah Danu akan segera pulang, lalu saat Mbah Danu datang Nah sedang
mengeong seperti kucing.
d) Mbah
Danu mengobati Nah dengan menggunakan sapu lidi, kemudian sapu lidi itu
dipukulkannya kearah pantat Nah.
e) Dengan
pengobatan yang dilakukan oleh Mbah Danu, Nah pun sembuh.
f) Prabawa
atau keahlian Mbah Danu sebagi tabib yang berhasil, mendapat tantangan dari
menantu pak jaksa menantunya tersebut bernama Salyo ia datang kerumah Pak
Jaksa.
g) Konflik
antara Mbah Danu dengan Mr.salyo pun berawal pada saat Mbah Danu mencoba
menyembuhkan Nyonya Salyo yang sedang sakit, tetapi menurut Mr.Salyo pengobatan
yang dilakukan oleh Mbah Danu tersebut akan membuat rusak rahim istrinya.
h) Akibatnya
Mbah Danu dilarang datang ke rumah Pak Jaksa saat penantunya tersebut datang ke
rumah Pak Jaksa.
i)
Kemudian pertentanga antara Mr.Salyo
dengan Mbah Danu dimulai ketika Mbok Rah salah satu pelayan Pak Jaksa sakit,
kemudian Pak Jaksa meminta Mbah Danu agar mengobati Mbok Rah, tetapi Mr.Salyo
menyarankan supaya Mbok Rah di obati oleh dokter.
j)
Mbok Rah pun keadaannya semakin parah,
kemudian terjadilah ketegangan antara mertua dan menantu, Dokter Umar yang
menangani Mbok Rah pun sudah tak bisa berbuat apa-apa kemudian Mbok Rah pun
meninggal.
k) Mulai
terjadi perang dingin antara mertua dan menantu, Mr.Salyo merasa kecewa atas
semua ini.
l)
Namun pada akhirnya semua terbongkar.
Mbok Rah meninggal bukan karena kualat dari Mbah Danu akibat ketidak
percayaanya Mr.Salyo terhadap Mbah Danu, tetapi karena Mbok Rah tidak memakan
obat yang diberikan Dokter Umar ia malah mebuang obat tetsebut di bawah tempat
tidurnya.
b. Tahap
Alur
a)Eksposisi
(tahap permulaan)
·
Penulis terlebih dahulu memperkenalkan
tokoh yang ada dalam cerpen Mbah Danu yaitu:
a. Mbah
Danu d. Nyonya Salyo g. Mbok Rah
b. Pak
Jaksa e. Dokter Umar chattab
c. Mr.Salyo f.
Nah
·
Tempat peristiwa terjadinya dalam cerpen
Mbah Danu ini yaitu di Rembang, di rumah keluarga Pak Jaksa (pensiunan)
·
Peristiwa yang akan terjadi yaitu:
a. Terkenalnya
Mbah Danu sebagai orang yang suka mengobati orang yang sakit
b. Terjadi
konflik antara Mr.Salyo dengan Mbah Danu
c. Terjadi
perang dingin antara Mr.Salyo dengan mertuanya yaitu Pak.Jaksa
d. Mbok
Rah meninggal
e. Terungkap
penyebab kematian Mbok Rah
b) Tahap
pertikaian
Ketidak percayaan Mr.Salyo terhadap
pengobatan yang dilakukan oleh Mbah Danu.
c)Bagian
Komplikasi
Konflik: Pertikaian terjadi ketika Mbah
Danu mengobati istri Mr.Salyo
Krisis
: Terjadi karena ketidak percayaan Mr.salyo terhadap pengobatan yang
dilakukan olah Mbah Danu, kemudian Mbah Danu pun dilarang masuk ke rumah Pak
Jaksa ketika Mr.Salyo berada di rumah Pak Jaksa.
d) Bagian
puncak (klimaks)
Puncak konflik terjadi ketika Mbok Rah
(pelayan Pak Jaksa) sakit, kemudian Mr.Salyo mengusulkan supaya Mbok Rah
ditangani oleh dokter yaitu dokter Umar. Tetapi setelah ditangani oleh dokter,
Mbok Rah penyakitnya semakin parah dan akhirnya Mbok Rah meninggal,
meninggalnya Mbok Rah ini dianggap karena kualat tidak mempercayai Mbah Danu.
e) Tahap peleraian
Tahap peleraian ini terjadi ketika
Mr.Salyo mengetahui penyebab kematian Mbok Rah. Mbok Rah meninggal bukan karena
kualat dari ketidak percayaan terhadap Mbah Danu tetapi karena Mbok Rah tidak meminum obat yang diberikan dokter Umar
kepada Mbok Rah, ia malah menyimpan obat nya di bawah tempat tidur Mbok Rah.
f) Tahap akhir
Terungkaplah sebuah kebenaran bahwa Mbok
Rah meninggal bukan karena kualat terhadap Mbah Danu, tetapi karena tidak
meminum obat yang di berikan dokter kepadanya.
c. Konflik
Konflik yang terjadi dalam cerpen
Mbah Danu ini yaitu konflik manusia dengan manusia.
3. Latar
a. Latar
Alam
b. Latar
Sosial
c. Latar
Tempat : Di rumah Pak Jaksa
d. Latar
Ruang : Di kamar rumah Pak jaksa
4. Tokoh
dan Penokohan
a. Mbah
Danu;
b. Pak
Jaksa;
c. Mr.Salyo;
d. Nyonya
Salyo;
e. Dokter
Umar Chattab;
f. Mbok
Rah dan si Nah.
Penokohan merupakan
cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh dan watak-wataknya itu dalam cerita.
Dalam melakukan penokohan tokoh-tokoh dan watk tokoh dalam suatu cerita,
pengarang melakukan denagn cara pengarang melukiskan tokoh-tokoh tersebut
dengan cara analitik atau narasi. Nugroho Noto Susanto menerangkan langsung
melalui uraian-uarian dalam cerpenya tentang tokoh-tokohnya. Nugroho
menggambarkan dengan:
a. Penggambaran
fisik
Pengarang menggambarkan
fisik Mbah Danu, yaitu misalnya wajahnya yang besar seperti tengkorak, kulitnya
liat seperti belulang, pipimya selalu menonjol oleh susur tembakau yang ada
dalam mulutnya, jalannya tegak seperti seorang maharani yang angkuh.
b. Dialog
Dialog antara Umar
Chattab dan Mr.Salyo seperti dalam kalimat berikut:
Dokter Umar
Chattab “Kininennya sudah tuan berikan sebagai yang saya tetapkan? Tanyanya
“Ya”, jawab
Nyonya Mrs.Salyo mendahului suaminya, “saya sendiri yang memberikan pil-pil itu
kepada Mbok Rah”.
Dan
percakapan atau dialog yang dilakukan antara Mr.Salyo dan Nyonya Salyo:
“kita telah berbuat sebaik mungkin”, kata Nyonya
Salyo menghibur suaminya.
5. Sudut
Pandang
Sudut pandang terarah, Pengarang
menceritakannya hanya terarahkan kepada Mbah Danu yang mengobati
pasien-pasiennya dengan cara yang aneh dan tidak wajar.
6. Gaya
Gaya bahasa yang
ditampilkan oleh pengarang yaitu dengan menampilkan masalah-masalah yang
disampaikan, karena pada saat klimaks (puncak cerita) pengarang menampilkan
masalah keadaan Mbok Rah semakin parah keadaan tersebut semakin parah dianggap
karena kualat tidak mempercayai Mbah Danu dan kemudian Mbok Rah meninggal.
C. Penutup
1. Simpulan
Cerpen
Mbah Danu ini bertemakan kehidupan sosial. Menceritakan tentang keadaan
khidupan masyarakat kota Rembang yang masih percaya terhadap hal-hal yang
tahayul dari pada yang modern. Cerpen Mbah Danu ini memberikan amanat untuk
kita supaya kita tidak melakukan hal yang sama seperti itu, karena itu semua
adalah perbuatan yang sangat konyol (tidak masuk akal. Cobalah untuk
menyesuaikan dengan perkembangan zaman modern ini. Hindari hal-hal kepercayaan
yang terlalu berlabihan terhadap yang tahayul, karena itu bisa dikatakan dengan
musrik yakni menduakan Allah.
2.
Saran
Diharapkan setelah membaca
unsure-unsur intrinsik yang ada dalam cerita Mbah Danu ini, pembaca dapat
mengambil hikmah atau pelajaran dari jalan cerita cerpen Mbah Danu ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar